Asuhan Keperawatan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

Hadi M Assegaf
0


Cerdas-yes!!- Kesehatan tubuh manusia tidak hanya dipengaruhi oleh makanan dan olahraga, tapi juga oleh kebutuhan akan air dan elektrolit. Meskipun sering diabaikan, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit di tubuh sangat penting untuk fungsi organ yang baik. Dalam blog ini, kita akan membahas secara lebih dalam tentang pentingnya kebutuhan cairan dan elektrolit untuk kesehatan, serta bagaimana menjaga keseimbangan ini dapat memberikan dampak positif pada kehidupan sehari-hari. Di bidang keperawatan, pemahaman yang baik tentang kebutuhan ini sangat krusial untuk memberikan layanan kesehatan yang berkualitas. Keseimbangan yang tepat antara cairan dan elektrolit sangat berperan dalam mendukung fungsi organ tubuh, proses penyembuhan luka, dan tanggapan terhadap berbagai kondisi medis.

"Ilustrasi: Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


A. Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

Tubuh manusia memiliki cairan yang terdiri dari air sebagai pelarut dan zat-zat tertentu sebagai zat terlarut. Elektrolit adalah jenis zat kimia yang terdiri dari partikel bermuatan listrik yang disebut ion ketika larut dalam cairan. Kehadiran cairan dan elektrolit dalam tubuh bersifat dinamis karena dipengaruhi oleh proses metabolisme yang mengalami perubahan sebagai respons terhadap tekanan fisiologis dan perubahan lingkungan. Air di dalam tubuh tersimpan dalam dua kompartemen utama, yaitu CIS dan CES.


Cairan Intraseluler (CIS) adalah cairan di dalam sel tubuh yang berfungsi sebagai tempat untuk aktivitas kimia sel. Ini membentuk sekitar 70% dari total cairan tubuh dewasa, atau sekitar 40% dari berat tubuh.


Cairan Ekstraseluler (CES) adalah cairan di luar sel yang membentuk sekitar 30% dari total cairan tubuh atau sekitar 20% dari berat tubuh. CES terbagi menjadi cairan intravaskuler, cairan interstisial, dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler atau plasma membentuk sekitar 5% dari total berat badan, sementara cairan interstisial membentuk sekitar 10%-15% dari total berat badan.


Dalam cairan tubuh, terdapat elektrolit yang terdiri dari ion-ion. Ion ini mampu menghantarkan arus listrik. Ion dengan muatan positif disebut kation, seperti natrium (Na+), kalium (K+), kalsium (Ca2+), dan magnesium (Mg2+). Sementara itu, ion dengan muatan negatif disebut anion, seperti klorida (Cl-), sulfat (SO42-), fosfat (PO43-), dan bikarbonat (HCO-3).


B. Faktor Mempengaruhi


Faktor-faktor yang memengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit, seperti yang dijelaskan oleh Suwarsa (2018), mencakup:


1. Usia Usia mempengaruhi fungsi organ seseorang. sehingga mempengaruhi kemampuan organ untuk mengelola keseimbangan cairan dan elektrolit


2. Temperature lingkungan Panas yang berlebihan menyebabkan keringat. Seseorang dapat kehilangan NaCl melalui keringat sebanyak 15-30 gram/ hari.


3. Diet Tubuh yang mengalami kekurangan nutrisi akan memecah cadangan energi dan proses ini akan menimbulkan pergerakan cairan dari interstisial ke intraseluler.


4. Stress. Stress menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah dan glikolisis otot.


5. Sakit Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal, dan jantung, gangguan hormone akan mengganggu keseimbangan cairan (Tarwoto, 2011)


C. Asuhan Keperawatan


Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit (Suwarsa, 2018) 


Pengkajian Keperawatan 

1. Identitas klien Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, 


2. Identitas Penanggung Jawab Meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat dan hubungan dengan klien.


3.  Riwayat Kesehatan

    -  Keluhan Utama:  Beragam keluhan, terutama jika ada penyakit tambahan yang menyertai.


  • Riwayat Kesehatan Sekarang

    - Perubahan Kulit:  Misalnya, gatal-gatal (pruritus) dan bercak memar (ekimosis) pada kulit.


  • Riwayat Kesehatan Dahulu

    - Penyakit Terdahulu:  Biasanya mencakup riwayat infeksi saluran kemih (ISK), masalah jantung, dan penggunaan obat berlebihan, terutama overdosis obat.


  • Riwayat Kesehatan Keluarga

    - Pengaruh Pencetus Sekunder:  Misalnya, diabetes (DM) dan hipertensi, dapat memengaruhi terjadinya penyakit. Kebiasaan keluarga, seperti minum jamu saat sakit, juga berperan.


  • Activity Daily Living (ADL) 

    1.  Pola Nutrisi

       - Keluhan Makanan:  Pemeriksaan keluhan seperti hilang nafsu makan (anoreksia), mual, muntah, dan diare.

    2.  Pola Eliminasi

       - Gangguan Fungsi Ginjal:  Gangguan kompleks pada fungsi ginjal dapat mengakibatkan pengurangan produksi urine (<400 ml/hari) hingga anuria.

    3.  Pola Aktivitas/Istirahat

       - Penurunan Kesadaran dan Keadaan Umum:  Klien mengalami penurunan tingkat kesadaran dan kelemahan secara umum.

  • Riwayat Psikososial

    - Dampak Pengobatan:  Perubahan dalam struktur dan fungsi tubuh serta biaya pengobatan dapat menimbulkan kecemasan pada klien.

  • Pemeriksaan Fisik

    -Keadaan Umum

    - Perubahan TTV, sering dengan peningkatan laju pernapasan (RR)

    - Kepala

    - Inspeksi menunjukan kepala biasanya berukuran normal, rambut tipis dan kasar

  • Pemeriksaan Laboratorium

    - Laju Endap Darah (LED):

    - Meningkat, bisa disebabkan oleh anemia dan hipoalbuminemia.

    - Ureum dan Kreatinin:

    - Kadar meninggi, dengan perbandingan ureum dan kreatinin kurang lebih 20:1.

    - Hiponatremia:

    - Umumnya terjadi karena kelebihan cairan.

  • Hipokalsemia dan Hiperfosfatemia:

    - Terjadi karena berkurangnya sintesis vitamin D3 pada ginjal. Pengukuran ureum dan kreatinin disarankan.

  • Hiponatremia:

    - Umumnya terjadi karena kelebihan cairan. Kadar normal natrium seharusnya berada dalam rentang 135-145 mEq/L


  • Penatalaksanaan Medis


    - Tujuan:  Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit serta mencegah komplikasi. Beberapa tindakan melibatkan:

    1.  Dialisis:  Memperbaiki ketidaknormalan biokimia.

    2.  Koreksi Hiperkalemi:  Mengatasi tingginya kadar kalium.

    3.  Koreksi Anemia:  Melalui tindakan untuk mengatasi kekurangan.

    4.  Koreksi Asidosis:

    5.  Pengendalian Hipertensi:  Dengan menggunakan obat seperti beta bloker, alfa metildopa, dan vasodilator.


  • Diagnosis Keperawatan

    1. Aktual/Risiko Kelebihan Volume Cairan:

    - Kaitannya dengan penurunan volume urin, retensi cairan, dan natrium, serta peningkatan aldosteron karena penurunan GFR.


    2. Aktual/Risiko Kerusakan Integritas Kulit:

    - Terkait dengan gangguan metabolisme, penurunan turgor kulit, penurunan aktivitas, dan akumulasi ureum dalam kulit.


    3. Kurang Pengetahuan tentang Proses Penyakit, Diet, Perawatan, dan Pengobatan:

    - Karena kurangnya informasi.


  • Diagnosa:

    1. Kelebihan Volume Cairan


    2.  NOC (Outcome) :

    a.  Electrolit and Acid-Base Balance:

    - Indikator: Serum albumin, kreatinin, hematokrit, Blood Urea Nitrogen (BUN), pH urine normal, sodium urine, kreatinin urine, osmolalitas urine dalam rentang normal, tanpa kelemahan otot, dan tanpa disritmia.

    b. Fluid Balance:

    - Indikator: Tidak ada asites, ekstremitas tidak bengkak (edema), dan tidak ada distensi vena jugularis.

    3. NIC Keperawatan (Intervensi Keperawatan)

    Fluid Management :

          - Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.

          - Pasang kateter urin jika diperlukan.

          - Monitor hasil Hb sesuai dengan retensi cairan (BUN, hematokrit, osmolalitas urin).

          - Monitor tanda vital.

          - Pantau indikasi retensi/kelebihan cairan.

  • Implementasi Keperawatan

    - Implementasi adalah tahap keempat dalam proses keperawatan. Melibatkan penerapan perencanaan yang telah dibuat pada pasien


Sumber: 


Ahmadi. et al., 2022. In: Keperawatan Dasar. Malang: Penerbit Rena Cipta Mandiri.

Post a Comment

0Comments

Post a Comment (0)