Tinjauan Teoritis Hipertensi dalam Keperawatan Medikal Bedah

Hadi M Assegaf
0

Pelajari tinjauan teoritis hipertensi: definisi, klasifikasi, patofisiologi, faktor risiko, dan implikasinya dalam keperawatan medikal bedah.


Pendahuluan

Hipertensi, atau tekanan darah tinggi, adalah salah satu gangguan kardiovaskuler paling umum dan sering disebut sebagai "silent killer" karena sering tidak menunjukkan gejala hingga muncul komplikasi serius. Dalam konteks keperawatan medikal bedah, pemahaman teoritis tentang hipertensi menjadi sangat penting untuk pengkajian, edukasi, serta penatalaksanaan pasien.

Definisi Hipertensi

Menurut American Heart Association (AHA), hipertensi adalah kondisi ketika tekanan darah sistolik ≥130 mmHg atau diastolik ≥80 mmHg secara konsisten dalam beberapa kali pengukuran. Tekanan darah yang tinggi secara terus-menerus meningkatkan risiko komplikasi seperti stroke, serangan jantung, dan gagal ginjal.

Klasifikasi Hipertensi

Berdasarkan JNC 8 (Joint National Committee) dan pedoman WHO, hipertensi diklasifikasikan sebagai berikut:

Kategori

Sistolik (mmHg)

Diastolik (mmHg)

Normal

<120

<80

Prehipertensi

120–129

<80

Hipertensi Stadium 1

130–139

80–89

Hipertensi Stadium 2

≥140

≥90

Hipertensi Krisis

>180

>120


Faktor Risiko Hipertensi

Beberapa faktor risiko hipertensi yang penting untuk dikenali oleh perawat dan pasien antara lain

  1. Usia lanjut
  2. Riwayat keluarga
  3. Obesitas
  4. Kurang aktivitas fisik
  5. Konsumsi garam berlebih
  6. Merokok dan konsumsi alkohol
  7. Stres berkepanjangan

Faktor-faktor ini bersifat modifikabel dan non-modifikabel, yang artinya sebagian dapat dicegah atau dikontrol dengan perubahan gaya hidup.

Patofisiologi Hipertensi

Hipertensi terjadi ketika terdapat peningkatan tekanan dalam pembuluh darah arteri secara kronis. Ini dapat disebabkan oleh:

  1. Peningkatan resistensi perifer (karena vasokonstriksi)
  2. Peningkatan volume darah (misalnya akibat retensi natrium)
  3. Aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAAS)
  4. Gangguan pada fungsi endotel vaskular. 

Akibatnya, terjadi tekanan berlebih pada dinding arteri yang dalam jangka panjang menyebabkan kerusakan organ target seperti jantung, ginjal, otak, dan mata.

Manifestasi Klinis

Pada tahap awal, hipertensi sering tanpa gejala. Namun, beberapa gejala yang bisa muncul meliputi:

  1. Sakit kepala terutama di bagian belakang kepala
  2. Pusing
  3. Pandangan kabur
  4. Telinga berdenging (tinitus)
  5. Mudah lelah
  6. Mimisan (dalam kasus berat)


Komplikasi Hipertensi

Jika tidak ditangani dengan baik, hipertensi dapat menyebabkan:

  1. Stroke
  2. Gagal jantung
  3. Infark miokard (serangan jantung)
  4. Gagal ginjal kronis
  5. Retinopati hipertensif (kerusakan mata)


Implikasi Keperawatan Medikal Bedah

Dalam konteks keperawatan medikal bedah, peran perawat dalam menangani pasien hipertensi meliputi:

Pengkajian

  • Pemantauan tekanan darah secara rutin
  • Identifikasi faktor risiko
  • Pemeriksaan tanda-tanda komplikasi

Edukasi

  • Diet rendah garam dan lemak
  • Pentingnya aktivitas fisik
  • Kepatuhan minum obat
  • Manajemen stres

Kolaborasi

  • Berkoordinasi dengan dokter untuk penyesuaian terapi
  • Mendampingi pasien selama pemeriksaan diagnostik seperti EKG, laboratorium, atau CT scan jika diperlukan

Kesimpulan

Hipertensi adalah masalah kesehatan kronis yang dapat dicegah dan dikontrol. Pemahaman teori tentang patofisiologi, faktor risiko, dan dampaknya sangat penting dalam praktik keperawatan medikal bedah. Dengan pendekatan yang tepat, perawat memiliki peran besar dalam mengurangi beban komplikasi akibat hipertensi, baik di rumah sakit maupun di masyarakat.


Referensi

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2010). Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical-Surgical Nursing.
World Health Organization (2023). Hypertension Facts.
American Heart Association (2023). Guidelines on Hypertension.
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C. (2016). Nursing Care Plans: Guidelines for Individualizing Client Care.


Post a Comment

0Comments

Post a Comment (0)