Konsep Dasar Keperawatan Gerontik

Hadi M Assegaf
0


Cerdas-yes!!- Keperawatan gerontik adalah bidang keperawatan yang khusus menangani perawatan kesehatan bagi individu lanjut usia atau lansia. Lansia adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan orang yang berusia 60 tahun ke atas. Keperawatan gerontik mencakup pencegahan, pengkajian, perawatan, dan pemulihan masalah kesehatan khusus yang sering terjadi pada lansia.


"Ilustrasi: Keperawatan Gerontik"


A. Pengertian

Lansia, singkatan dari Lanjut Usia, merujuk kepada seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Setiap makhluk hidup akan mengalami suatu proses alami yang disebut penuaan. Penting untuk diingat bahwa penuaan bukanlah suatu penyakit, melainkan serangkaian perubahan kumulatif yang terjadi secara perlahan-lahan. Proses ini mencakup penurunan daya tahan tubuh terhadap berbagai rangsangan, baik yang berasal dari dalam maupun luar tubuh.


Banyak di antara para lanjut usia yang tetap produktif dan mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia pada hakikatnya merupakan bentuk pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya bangsa. Proses menua atau menjadi tua adalah keadaan alami dalam kehidupan manusia. Ini bukanlah suatu perubahan mendadak yang dimulai pada titik tertentu, melainkan proses yang berlangsung sepanjang hidup, bahkan sejak awal kehidupan. Menjadi tua merupakan bagian dari tiga tahap kehidupan yang alamiah.


B. Batasan Usia lansia

Menurut WHO (2013), klasifikasi lanjut usia terbagi menjadi lima kelompok, termasuk usia pertengahan (45-54 tahun), lanjut usia (55-65 tahun), lanjut usia muda (66-74 tahun), lanjut usia tua (75-90 tahun), dan lanjut usia sangat tua (lebih dari 90 tahun). Sementara menurut Depkes RI (2013), klasifikasi lanjut usia melibatkan pra lansia (45-59 tahun), lansia (60 tahun atau lebih), lansia risiko tinggi (60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan), lansia potensial (mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan produktif), dan lansia tidak potensial (bergantung pada bantuan orang lain untuk mencari nafkah). Klasifikasi ini membantu dalam memahami variasi dan kebutuhan lanjut usia, memberikan kerangka kerja yang komprehensif untuk perencanaan perawatan kesehatan, dan memberikan dasar untuk pengembangan program kesejahteraan sosial yang sesuai.


C. Ciri Lansia

Menurut Kholifah, 2016 ciri-ciri lansia di bagi menjadi 4 bagian sebagai berikut:


1. Lansia merupakan periode kemunduran

Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Misalnya lansia yang memiliki motivasi yang rendah dalam melakukan kegiatan, maka akan mempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memiliki motivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi


2. Lansia memiliki status kelompok

Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya lansia yang lebih senang mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat menjadi negatif. Tetapi ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada orang lain sehingga sikap sal masyarakat menjadi pesitit


3. Menua membutuhkan perubahan peran

Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan. Misalnya lansia menduduki jabatan sosial di masyarakat sebagai Ketua RW. sebaiknya masyarakat tidak memberhentikan lansia sebagai ketua RW karena usianya


4. Penyesuaian yang buruk pada lansia

Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk Contoh lansia yang tinggal bersama keluarga sering tidak dilibatkan untuk pengambilan keputusan karena dianggap pola pikirnya kuno, kondisi inilah yang menyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan cepat tersinggung dan bahkan memiliki harga diri yang rendah


D. Masalah Yang Dihadapi Lansia


1. Fisik

Lansia sering menghadapi sejumlah masalah, terutama terkait dengan melemahnya kondisi fisik. Penyakit degeneratif, seperti radang persendian, sering muncul karena fisik yang sudah tidak sekuat dulu. Keluhan-keluhan muncul terutama saat lansia melakukan aktivitas berat, seperti mengangkat beban berlebihan, yang dapat menyebabkan nyeri pada persendiannya. Selain itu, penurunan fungsi indra juga merupakan tantangan umum bagi lansia. Penglihatan cenderung memburuk, menyebabkan kabur pada pandangan. Demikian pula, indra pendengaran juga mengalami penurunan, mengakibatkan kesulitan mendengar. Penurunan kekebalan tubuh juga menjadi masalah serius bagi lansia, membuat mereka rentan terhadap penyakit. Semua ini menunjukkan bahwa upaya perawatan dan perhatian khusus terhadap kesehatan fisik dan mental lansia menjadi sangat penting.


2. Kognitif

Masalah yang tak kalah signifikan bagi lansia terkait dengan perkembangan kognitif. Seiring bertambahnya usia, banyak lansia menghadapi penurunan daya ingat, yang dalam masyarakat sering disebut sebagai pikun. Kondisi ini menjadi perhatian serius, terutama bagi lansia dengan diabetes mellitus, karena keterkaitannya dengan asupan kalori yang tidak stabil. Kesulitan dalam mempertahankan daya ingat membuat lansia sulit untuk memastikan apakah mereka telah makan atau belum, berpotensi berdampak pada manajemen kondisi kesehatan mereka. Masalah kognitif juga membawa dampak sosial yang signifikan, karena lansia yang sering lupa dapat mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Ketidakmampuan untuk bersosialisasi dapat membuat lansia merasa terisolasi, dan sering kali, kondisi ini dapat mengundang ejekan atau perlakuan kurang menghormati dari orang lain yang tidak memahami kelemahan yang dihadapi oleh lansia dalam hal daya ingat. Oleh karena itu, perhatian khusus terhadap aspek kognitif dan sosial lansia menjadi sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.


3. Emosional

Masalah emosional juga sering dihadapi oleh lansia, terutama terkait dengan keinginan kuat untuk berkumpul dengan anggota keluarga. Kondisi ini memerlukan perhatian dan kesadaran dari anggota keluarga untuk menjaga kesejahteraan emosional lansia. Jika lansia tidak mendapatkan perhatian atau diabaikan oleh keluarga, mereka dapat merasa kesepian dan bahkan marah, terutama jika keinginan pribadi mereka tidak dipenuhi. Selain itu, beban masalah ekonomi keluarga yang masih berada dalam kategori kekurangan juga dapat menjadi sumber stres bagi lansia. Ketidakpastian ekonomi dapat memberikan tekanan tambahan pada lansia, menyebabkan tingkat stres yang lebih tinggi. Oleh karena itu, penting bagi keluarga dan masyarakat sekitar untuk memberikan dukungan emosional dan sosial kepada lansia, serta memperhatikan kebutuhan mereka untuk menjaga keseimbangan emosional dan kesejahteraan mereka secara keseluruhan.


4. Spiritual

Perkembangan spiritual pada lansia sering kali diwarnai oleh sejumlah masalah. Kesulitan menghafal kitab suci merupakan tantangan utama, terutama karena adanya masalah kognitif yang menyebabkan penurunan daya ingat. Bagi lansia yang menyadari pentingnya mendekatkan diri pada Tuhan seiring bertambahnya usia, intensitas dan nilai-nilai beribadah dapat meningkat. Ketidaktenangan muncul ketika lansia menyadari bahwa ada anggota keluarganya yang belum menjalankan ibadah, serta merasa sedih ketika dihadapkan pada permasalahan hidup yang serius dalam lingkungan keluarganya. Dalam konteks ini, perhatian terhadap perkembangan spiritual lansia menjadi penting, dan dukungan emosional serta kehadiran keluarga dalam menjalankan nilai-nilai keagamaan dapat memberikan kesejahteraan spiritual yang diperlukan pada masa senja kehidupan mereka.


E. Perawatan Masalah Lansia


1. Perawatan Fisik

Perawatan pada lansia memerlukan pendekatan fisik yang memperhatikan aspek kesehatan, kebutuhan, perjalanan hidup, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang dapat dicapai, dan kondisi penyakit yang mungkin dapat dicegah atau diatasi. Pendekatan fisik secara umum dapat dibagi menjadi dua bagian:


1. Klien Lansia yang Aktif:  Ini mencakup lansia yang masih aktif dan mampu bergerak tanpa bantuan orang lain. Dalam hal kebutuhan sehari-hari, lansia ini masih mampu melakukan aktivitasnya sendiri. Pendekatan perawatan pada kelompok ini mencakup upaya untuk mempertahankan kesehatan, mempromosikan gaya hidup aktif, dan memastikan bahwa mereka dapat tetap mandiri dalam aktivitas sehari-hari.


2. Klien Lansia yang Pasif atau Sakit:  Kelompok ini mencakup lansia yang mengalami kelumpuhan atau sakit, sehingga memerlukan perawatan lebih intensif. Perawat perlu memahami dasar perawatan untuk kelompok ini, terutama dalam hal menjaga kebersihan perseorangan guna mempertahankan kesehatan. Ini melibatkan tindakan seperti membersihkan dan merawat tubuh, serta memberikan perawatan yang sesuai dengan kondisi kesehatan mereka.


Pendekatan fisik ini memberikan dasar yang kokoh untuk memberikan perawatan yang sesuai dengan kebutuhan unik setiap individu lansia, dengan mempertimbangkan tingkat kemandirian dan kondisi kesehatan mereka.


2. Perawatan Psikologis

Perawatan psikologis pada lansia memerlukan peran penting dari perawat, yang dapat melibatkan pendekatan edukatif. Perawat berfungsi sebagai pendukung yang membantu mengatasi ketidaknyamanan dengan menjadi figur yang akrab, tempat berbagi rahasia pribadi, dan teman yang dapat diandalkan. Penting bagi perawat untuk menunjukkan kesabaran dan ketelitian, memberikan cukup waktu dan kesempatan bagi lansia untuk menyampaikan berbagai keluhan sehingga mereka merasa terdengar dan dipahami.


Prinsip triple S, yaitu sabar, simpatik, dan memberikan pelayanan dengan baik, harus selalu dipegang teguh oleh perawat. Dengan memiliki kesabaran, perawat dapat memberikan dukungan yang dibutuhkan dan membangun hubungan yang positif. Empati dan simpati dari perawat dapat menciptakan lingkungan yang mendukung bagi lansia, sehingga mereka merasa nyaman dalam berbicara tentang perasaan dan masalah mereka.


Penting untuk diingat bahwa perubahan dalam perilaku dan pandangan hidup lansia terhadap kesehatan dapat dicapai secara perlahan dan bertahap. Perawat dapat memainkan peran yang signifikan dalam membimbing dan mendukung lansia dalam menghadapi perubahan tersebut, sehingga mereka dapat mencapai kesejahteraan psikologis yang optimal.


Daftar Pustaka:


Depkes RI (2009). Klasifikasi Umur Menurut Kategori. Jakarta: Ditjen Yankes


Kholifah, (2016) Keperawatan Gerontik. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan. Depkes RI


Nugroho (2008). Keperawatan Gerontik. Jakarta; Buku Kedokteran EGC WHO, (2013). Ageing and Life Course. World Health Organization.


Mujiadi & Rachmah, S., 2022. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. 1st ed. Mojokerto: STIKes Majapahit Mojokerto.

Post a Comment

0Comments

Post a Comment (0)