Cerdas-yes!!- Setelah membahas dasar-dasar pradigma keperawatan dalam artikel sebelumnya, saatnya kita mengeksplorasi lebih lanjut dan merambah lebih dalam ke dalam konsep yang mendefinisikan keperawatan. Dalam artikel sebelumnya, kita telah membahas pengertian pradigma keperawatan, pengertian keperawatan, konsep holistic care dan konsep manusia, selanjutnya kita akan membahas tentang Konsep Sehat, Konsep Berubah, Konsep Sistem dan Pendekatan Sistem.
"Ilustrasi: Konsep dasar Keperawatan" |
A. Konsep Sehat
Sehat, dalam konteks ilmu keperawatan, dapat diartikan sebagai keadaan yang optimal dan seimbang dalam aspek fisik, psikologis, sosial, dan spiritual sesuai dengan usia individu. Sehat bukan hanya bebas dari penyakit, tetapi mencakup keseimbangan seluruh aspek kesejahteraan. Ketika seseorang mengalami sakit, hal tersebut dapat mengganggu keseimbangan fisik, psikologis, sosial, dan spiritualnya, sehingga kondisi kesehatannya terpengaruh. (Supartini, 2004; WHO, 2017)
Dalam perspektif ilmu keperawatan, kesehatan dan penyakit sering digambarkan sebagai suatu rentang atau kontinum. Rentang ini dimulai dengan kondisi sehat, kemudian berkembang menjadi sakit, dan akhirnya, menuju kondisi meninggal dunia seperti gambar berikut:
"Ilustrasi: Rentang sehat sakit (Supartini, Y. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, hal. 6. Jakarta : EGC) |
1. Kondisi Sehat: Pada awal rentang, individu berada dalam keadaan sehat. Kesehatan di sini tidak hanya merujuk pada ketiadaan penyakit, tetapi juga mencakup keseimbangan optimal antara aspek fisik, psikologis, sosial, dan spiritual.
2. Kondisi Sakit: Seiring waktu, individu dapat mengalami perubahan ke arah kondisi sakit. Sakit dapat diartikan sebagai gangguan kesehatan yang mempengaruhi keseimbangan fisik, psikologis, sosial, dan spiritual. Pengalaman sakit bisa bersifat sementara atau kronis, dan perawatan kesehatan dapat diperlukan untuk mengembalikan individu ke keadaan sehat.
3. Kondisi Meninggal Dunia: Rentang tersebut akhirnya mencapai kondisi meninggal dunia. Meninggal dunia di sini menggambarkan akhir dari rentang kesehatan dan penyakit. Proses ini merupakan bagian alami dari kehidupan, dan perawatan paliatif dapat diberikan untuk meningkatkan kenyamanan individu pada tahap akhir ini.
B. Konsep Berubah
Perubahan dapat dianggap sebagai suatu proses yang berlangsung terus-menerus. Sifat berkelanjutan dari perubahan ini terletak pada kenyataan bahwa individu secara alamiah akan melakukan tindakan atau aktivitas yang berbeda dari apa yang dilakukannya sebelumnya. Perubahan ini dapat mencakup berbagai aspek, termasuk perubahan tingkah laku, fungsi, dinamika keluarga, interaksi dalam kelompok, atau bahkan transformasi dalam masyarakat secara keseluruhan. Dalam konteks ini, perubahan tidak hanya dipahami sebagai suatu pergeseran atau modifikasi dalam tindakan atau perilaku individu, tetapi juga melibatkan perubahan dalam fungsi keluarga, dinamika hubungan antaranggota kelompok, atau bahkan transformasi pada tingkat sosial yang lebih luas.
Gillies menyatakan bahwa perubahan memiliki empat tingkatan:
1. Tingkat I: Perubahan pada proses pikir yang terkait dengan pengetahuan.
2. Tingkat II: Perubahan tingkah laku yang pada akhirnya memengaruhi tindakan seseorang.
3. Tingkat III: Perubahan kebiasaan dengan melibatkan perasaan.
4. Tingkat IV: Perubahan menyeluruh yang dapat mempengaruhi seluruh sistem yang ada (Yanti, Arma & Karlinah, 2015).
Perubahan manusia terjadi tanpa paksaan sebagai bentuk kebutuhan, termasuk kebutuhan untuk merubah keseimbangan personal, sosial, dan organisasional. Motivasi perubahan melibatkan eksplorasi, penyelidikan, dan upaya mencapai tujuan. Faktor internal dan eksternal mempengaruhi perubahan manusia (Yanti, Arma & Karlinah, 2015).
Manusia melakukan perubahan
karena berbagai alasan, seperti ingin menjadi lebih baik, mengatasi masalah,
atau mengurangi beban kerja. Perubahan dapat dipicu oleh dorongan internal,
masukan dari pihak lain, atau perubahan pola pikir yang mengurangi keyakinan
terhadap suatu hal. Ada dua jenis perubahan:
1. Perubahan yang direncanakan:
Manusia yang melakukan perubahan
ini secara sadar berusaha untuk berubah dan merencanakannya secara sistematik.
Perubahan yang direncanakan melibatkan agen perubahan yang memainkan peran
penting dalam proses ini.
2. Perubahan yang tidak
direncanakan:
Perubahan ini terjadi sebagai
respons adaptif terhadap stimulus eksternal atau sebagai respons terhadap
ketidakseimbangan sistem. Perubahan tidak direncanakan dapat muncul tiba-tiba
sebagai tanggapan terhadap kejadian atau kondisi tertentu (Yanti, Arma &
Karlinah, 2015).
Kurt Lewin pada tahun 1951
menjelaskan tiga tahap proses perubahan, yaitu pencairan (unfreezing), bergerak
(movement), dan pembekuan kembali (refreezing). Tahap pencairan mencakup
motivasi yang kuat, kesiapan, dan mengurangi faktor penghambat. Tahap bergerak
melibatkan identifikasi, perencanaan, implementasi, dan dorongan positif
terhadap perubahan. Tahap pembekuan kembali melibatkan adaptasi terhadap
perubahan, usaha untuk mencapai keseimbangan, dan penguatan berkelanjutan.
C. Konsep Sistem dan Pendekatan
Sistem
Sistem terbuka terus bergerak,
mengalami pergerakan dalam materi, energi, atau informasi. Sebaliknya, sistem
tertutup tidak mengalami pergerakan tersebut. Input adalah masukan ke dalam
sistem untuk mencapai tujuan, sementara output adalah hasil yang keluar dari sistem
ke lingkungan luar. Lingkungan adalah objek yang memiliki batasan jelas dan
mempengaruhi atau dipengaruhi oleh sistem. Troughput adalah perubahan yang
keluar dari sistem, sedangkan transformasi adalah bentuk modifikasi input yang
menjadi output. Konstrain atau pembatas adalah batasan tak terpisahkan dalam
sistem. Feedback atau umpan balik adalah informasi dari output yang digunakan
untuk koreksi berdasarkan masukan sebelumnya. Kontrol berfungsi untuk
mengarahkan dan membatasi tindakan sebagai upaya pengendalian.
Pendekatan dasar dalam sistem terbagi menjadi dua, yaitu pendekatan analisis sistem dan pendekatan sintesis sistem. Pendekatan analisis dimaksudkan untuk memodifikasi karakteristik suatu standar dalam sistem, sementara pendekatan sintesis dirancang untuk mendefinisikan sistem secara langsung dari spesifikasinya (Arif, 2017).
Pendekatan sistem juga melibatkan
pengukuran performansi yang dinilai dari tiga aspek menurut Arif tahun 2017,
yakni:
1. Efisiensi: Merujuk pada proses
internal sistem yang mencerminkan seberapa banyak materi yang diperlukan untuk
menciptakan suatu keluaran atau output sistem.
2. Efektivitas: Menggambarkan
keberhasilan sistem dalam mencapai tujuan yang diinginkan, melibatkan komponen
internal dan eksternal dari sistem.
3. Produktivitas: Merupakan
fungsi dari efektivitas dan efisiensi, berperan dalam membandingkan antara
keluaran (output) dan masukan (input) dari sistem.
Sumber:
Lestari, l. & Ramadhaniyati, 2018. Falsafah dan Teori Keperawatan. In: Yogyakarta: Pustaka Pelajar