Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia baik negara maju maupun Negara berkembang. Hipertensi disebut juga “silent killer” karena pada sebagian kasus tidak menunjukkan gejala apapun atau dimana gejala dapat bervariasi pada masing-masing individu. Perkembangan hipertensi berlangsung secara lambat laun sehingga sering tidak disadari, maka dari itu informasi tentang hipertensi haruslah disampaikan baik kepada masyarakat luas maupun kelompok, bahkan organisasi agar masyarakat dalam lingkup luas dan kecil pun tau bagaimana cara mencegah agar hal ini tidak terjadi. Kegiatan ini disebut dengan penyuluhan, sebelum melakukan penyuluhan perlu disusun atau di buatkan sebuah Satuan Acara Penyuluhan sebagai perencanaan kegiatan penyuluhan.
Ilustrasi: Banner |
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Hipertensi
merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia baik negara maju maupun Negara
berkembang. Hipertensi disebut juga “silent
killer” karena pada sebagian kasus tidak menunjukkan gejala apapun atau
dimana gejala dapat bervariasi pada masing-masing individu. Perkembangan
hipertensi berlangsung secara lambat laun sehingga sering tidak disadari
(Kowalksi, 2010).
Hipertensi
merupakan keadaan peningkatan tekanan darah dalam arteri ketika jantung sedang
berkontraksi (sistolik) sama dengan atau diatas 140 mmHg dan tekanan darah saat
jantung sedang berelaksasi (diastolik) sama dengan atau diatas 90 mmHg (WHO,
2013). Hipertensi adalah salah satu faktor penting sebagai pemicu penyakit
tidak menular (Non Communicable Disease = NCD) seperti penyakit jantung,
Stroke, dan lain-lain
yang saat ini menjadi momok penyebab kematian nomor satu di dunia. (Kemenkes RI, 2015)
Hipertensi dikenal sebagai tekanan
darah tinggi yang ditimbulkan karena tekanan dalam pembuluh darah terus
mengalami peningkatan. Darah dibawa dari jantung kemudian diedarkan ke seluruh
tubuh di dalam pembuluh darah. Darah dipompa ke dalam pembuluh pada setiap kali
jantung berdetak. Tekanan darah dihasilkan oleh kekuatan darah yang mendorong
dinding pembuluh darah (arteri) seperti yang dipompa oleh jantung. Semakin
tinggi tekanan darah maka jantung akan semakin kuat untuk memompa darah. (WHO,
2017)
Menurut American Heart Association (AHA),
penduduk Amerika yang berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah
mencapai 74.5 juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui
penyebabnya. Di Indonesia prevalensi penderita hipertensi pada tahun 2013 mencapai
65 juta jiwa yang didapat melalui kuesioner, kemudian yang mengkonsumsi obat
sebesar 9.5% dan yang minum obat sendiri 0.1% (Riskesdes,
2013).
Panti Asuhan Lansia Kasih Sayang merupakan salah satu panti jompo yang berada di Kota A. Panti ini
berlokasi di Kecamatan A dan
dihuni kurang
lebih 50 orang lansia. Hasil wawancara
dengan petugas di panti, rata-rata penyakit yang sering di derita oleh lansia yaitu hipertensi.
Berdasarkan hasil yang di dapat tersebut, mahasiswa
berencana akan melakukan kegiatan terkait penyakit hipertensi dan senam hipertensi.
B.
Rencana
Keperawatan
1. Diagnosa : Defisiensi pengetahuan
2. Tujuan
Umum
Untuk
meningkatkan kemampuan pengasuh panti dalam merawat lansia dengan hipertensi.
3. Tujuan
Khusus
a. Memberikan
pendidikan kesehatan tentang hipertensi
b. Memberikan
pendidikan kesehatan tentang senam hipertensi
c. Mendemonstrasikan
senam hipertensi
C.
Rancangan
Kegiatan
1. Topik : Senam hipertensi
2. Metode : Penyajian
materi, demonstrasi
3. Media : PPT,
video
4. Waktu : 90 menit
5. Sasaran
:
Pengasuh di panti
6. Kriteria
Evaluasi :
a. Peserta
mampu memahami penyajian materi dengan baik
b. Peserta
mampu mendemonstrasikan senam hipertensi
7. Pengorganisasian
Ketua
Kegiatan : Clara
Sekretaris :
Hesti
Moderator : Andika
Presentator/ penyaji materi : Hasbella
Pj Acara : Julia
Instruktur Senam :
Konsumsi : Amir
Perlengkapan : Pratiwi
Dokumentasi : Fadhillah
HIPERTENSI DAN SENAM HIPERTENSI
Pokok Pembahasan :
Penyuluhan Hipertensi Dan Senam Hipertensi
Sasaran : Pengasuh Panti
Hari/Tanggal : Selasa / 19Maret 2018
Tempat : Panti Asuhan Lansia Kasih Sayang
Waktu : Pukul 10.00-12.00 WIB
A.
Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
pengasuh dalam merawat lansia dengan riwayat penyakit hipertensi.
2. Tujuan Khusus
Setelah 60 menit berinteraksi, diharapkan pengasuh mampu:
a. Menyebutkan pengertian hipertensi
b. Menyebutkan tanda dan hipertensi
c. Menyebutkan penyebab hipertensi
d. Menyebutkan cara
pencegahan hipertensi
e. Mendemosntrasikan senam hipertensi
B.
Topik Pembahasan
Hipertensi dan senam hipertensi.
C.
Metode
1. Ceramah
2. Diskusi tanya jawab
3. Demonstrasi
4. Audio visual video singkat
D.
Media
1. Laptop
2. LCD
3. Video singkat
4. Pointer
5.
Loudspeaker
E.
Kegiatan Pertemuan
Tahap |
Kegiatan Penyuluhan |
Kegiatan Audience |
Pembukaan (5 menit) |
. Membuka
kegiatan dengan : 1. Mengucapkan
salam dan validasi perasaan. 2. Memperkenalkan
diri. 3. Menjelaskan tujuan
dari penyuluhan. 4. Kontrak
waktu dengan pengasuh. |
Menjawab salam Memperhatikan Mendengarkan Memperhatikan |
Penyajian (40 menit) |
1. Menjelaskan tentang
pengertian hipertensi 2. Menjelaskan tentang
penyebab hipertensi 3. Menjelaskan tentang
tanda dan gejala hipertensi 4. Menjelaskan tentang
cara pencegahan hipertensi 5. Menjelaskan terkait
senam hipertensi 6. Pj acara mendampingi pengasuh. 7. Memutar video
singkat terkait senam hipertensi 8. Memberikan
kesempatan kepada pengasuh untuk bertanya jika belum jelas. 9. Memberitahukan
kepada pengasuh bahwa informasi kesehatan lain dapat diperoleh di Puskesmas. |
Memperhatikan Antusias saat
menerima informasi. Mendengarkan Melihat dan mendengar Menjawab pertanyaan. |
Penutup (10 menit) |
1. Memotivasi perwakilan
pengasuh untuk mengemukakan hal sudah diketahui tentang hipertensi dan senam hipertensi 2. Memberikan pujian
kepada perwakilan pengasuh yang mampu menyebutkan hal yang telah diketahui
tentang hipertensi dan senam hipertensi 3. Memberikan pujian
kepada seluruh pengasuh yang telah mengikuti TOT. 4. Memberikan motivasi
kepada pengasuh untuk ikut menyampaikan informasi kepada pengasuh yang tidak
berhadir. |
Menjelaskan singkat. |
Terminasi (5 menit) |
1. Mengucapkan
terimakasih kepada pengasuh. 2. Memvalidasi
perasaan. 3. Mengucapkan salam
penutup. |
Memperhatikan Menanggapi Menjawab salam |
F.
Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Pengasuh mengikuti kegiatan di Aula panti minimal 10 orang.
b.
Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di panti.
c.
Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
2.
Evaluasi Proses
a.
Pengasuh mengikuti penyuluhan dari awal sampai akhir
b.
Pengasuh antusias
dalam mengikuti kegiatan penyuluhan
3.
Kriteria Hasil
a. Pengasuh mengetahui informasi tentang
hipertensi
b. Pengasuh mampu mendemonstrasikan senam hipertensi
c. Pengetahuan dan ketrampilan Pengasuh meningkat.
MATERI PENYULUHAN HIPERTENSI
Hipertensi merupakan keadaan peningkatan tekanan darah
dalam arteri ketika jantung sedang berkontraksi (sistolik) sama dengan atau
diatas 140 mmHg dan tekanan darah saat jantung sedang berelaksasi (diastolik)
sama dengan atau diatas 90 mmHg (WHO, 2013). Hipertensi adalah salah satu
faktor penting sebagai pemicu penyakit tidak menular (Non Communicable Disease
= NCD) seperti penyakit jantung, Stroke, dan lainlain yang saat ini menjadi
momok penyebab kematian nomor satu di dunia (Kemenkes RI, 2015).
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan
darah sistolik sedikitnya140 mmHg atau tekanan darah diastolik sedikitnya 90
mmHg (Price & Wilson, 2006). Peningkatan tekanan darah yang berlangsung
dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kerusakan pada ginja, jantung, dan
otak bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai
(Kemenkes RI, 2015).
Hipertensi dikenal sebagai tekanan darah tinggi yang
ditimbulkan karena tekanan dalam pembuluh darah terus mengalami peningkatan.
Darah dibawa dari jantung kemudian diedarkan ke seluruh tubuh di dalam pembuluh
darah. Darah dipompa ke dalam pembuluh pada setiap kali jantung berdetak.
Tekanan darah dihasilkan oleh kekuatan darah yang mendorong dinding pembuluh
darah (arteri) seperti yang dipompa oleh jantung. Semakin tinggi tekanan darah
maka jantung akan semakin kuat untuk memompa darah (WHO, 2017).
B. Etiologi
Faktor resiko hipertensi adalah umur, jenis kelamin,
riwayat keluarga, genetik (faktor resiko yang tidak dapat diubah atau
dikontrol), kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan
jelantah, kebiasaan minum-minuman beralkohol, obesitas, kurang aktivitas fisik,
stres, penggunaan estrogen (Kemenkes RI, 2013).
Menurut Ignatavicius dan Workman (2006, p.784)
meskipun tidak ada penyebab yang diketahui untuk hipertensi esensial, namun ada
beberapa faktor risiko yang yang telah ditemukan dan berkaitan dengan
karakteristik orang yang menderita penyakit hipertensi, seperti usia lebih dari
60 tahun, memiliki riwayat keluarga hipertensi, konsumsi kalori yang
berlebihan, aktivitas fisik, asupan alkohol yang berlebihan, hiperlipidemia,
asupan garam dan kafein yang tinggi, mengurangi asupan (kalium, kalsium, atau
magnesium), kegemukan, merokok, dan stress. Hipertensi sekunder disebabkan oleh
penyakit pembuluh darah ginjal, penyakit parenkim ginjal, aldosteronisme primer, pheochromocytoma,penyakit Cushing, koarktasio aorta, tumor otak, radang otak, gangguan kejiwaan, kehamilan dan obat (estrogen dalam kontrasepsi oral, glukokortikoid,
mineralokortikoid, sympathomimetics).
Klasifikasi hipertensi berdasarkan hasil ukur tekanan
darah menurut Joint National Communite on
Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Preasure ( JNC ) dalam
Smeltzer & Bare (2013) yaitu <130 mmHg sistolik dan <85 mmHg
Diastolik. Klasifikasi hipertensi menurut JNC terdapat pada tabel 1.1
Kategori
|
Sistolik
|
Diastolik
|
Normal
|
<130
mmHg |
<80
mmHg |
Normal
Tinggi |
130-139
mmHg |
85-89
mmHg |
Hipertensi
Ringan |
140-159
mmHg |
90-99
mmHg |
Hipertensi
Sedang |
180-209
mmHg |
110-119
mmHg |
Hipertensi
Berat |
>210
mmHg |
>120
mmHg |
C. Tanda
dan Gejala
Menurut Kowalksi, R,E (2010) Hipertensi tidak
menunjukan gejala apapun sehingga tidak punya cukup petunjuk bahwa seseorang
sedang terjadi penyimpangan. Seseorang yang mengalami sakit kepala ringan,
terutama di bagian belakang kepala belakang dan muncul di pagi hari. Namun,
sakit kepala jenis ini sama sekali bukan kondisi yang umum terjadi. Tekanan
darah dipengaruhi oleh aliran senyawa kimia di ginjal. Dan karena tekanan darah
tinggi yang parah dapat merusak ginjal, beberapa gejala yang muncul ditahap
hipertensi yang sudah parah biasanya bukan merupakan akibat langsung dari
perubahan tekanan darah, melainkan karena kerusakan ginjal. Gejala tersebut
yaitu keringat berlebih, kram otot, keletihan, peningkatan frekuensi berkemih
dan denyut jantung cepat atau tidak teratur (Depkes RI, 2013).
Tidak semua penderita hipertensi mengenali gejala,
sehingga hipertensi sering disebut pembunuh diam-diam (silent killer). Keluhan yang tidak spesifik antara lain: sakit
kepala, gelisah, jantung berdebardebar, pusing, penglihatan kabur, sakit didada
dan mudah lelah (Depkes RI, 2013).
D. Komplikasi
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk
terjadinya penyakit jantung, gagal jantung kongestif, stroke gangguan
peglihatan dan penyakit ginjal. Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi
semua sistem organ dan akhirnya memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun.
Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak
terkontrol dan telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Penyebab
kematian yang paling sering terjadi adalah penyakit jantung dengan atau tanpa
disertai stroke dan gagal ginjal (Nuraini, 2015).
Komplikasi yang sering terjadi pada hipertensi ringan
dan sedang mengenai mata, ginjal, jantung dan otak. Hipertensi dapat menimbulkan
kerusakan organ tubuh baik secara langsung maupun tidak langsung yaitu
kerusakan organ otak, kardiovaskular, ginjal dan retinopati. Bebrapa penyebab
kerusakan organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan
darah pada organ, atau efek tidak langsung antara lain adanya antibodi terhadap
reseptor angiotensin II, stress oksidatif (Depkes RI, 2013).
Stroke merupakan kerusakan target organ pada otak yang
diakibatkan oleh hipertensi. Stroke timbul karena perdarahan, tekanan intra
kranial yang meninggi, atau akibat embolus yang terlepas dari 19 pembuluh non
otak yang terpajan tekanan tinggi (Nuraini, 2015). Infark miokard dapat terjadi
apabila arteri koroner mengalami arterosklerosis atau apabila terbentuk trombus
yang menghambat aliran darah yang melalui pembuluh darah tersebut, sehingga
miokardium tidak mendapatkan suplai oksigen yang cukup (Depkes RI, 2013).
Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan
progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal dan glomerulus akan
mengakibatkan darah mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, sehingga nefron
akan terganggu dan berlanjut menjadi hipoksia dan kematian ginjal. Kerusakan
membran glomerulus juga akan menyebabkan protein keluar melalui urin sehingga
sering dijumpai edema sebagai akibat dari tekanan osmotik koloid plasma yang
berkurang (Nuraini, 2015).
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan
pembuluh darah pada retina. Semakin tinggi tekanan darah dan semakin lama
hipertensi tersebut berlangsung, maka semakin berat pula kerusakan yang dapat
ditimbulkan. Kelainan lain yang terjadi pada retina yang terjadi akibat tekanan
darah yang tinggi adalah iskemik optik neuropati atau kerusakan pada saraf mata
akibat aliran darah yang buruk, oklusi arteri dan vena retina akibat
penyumbatan aliran darah pada arteri dan vena retina. Penderita retinopati
hipertensif pada awalnya tidak menunjukkan gejala, yang pada akhirnya dapat
menjadi kebutaan pada stadium akhir (Depkes RI, 2013).
E. Penatalaksanaan
Hipertensi dapat ditatalaksana dengan menggunakan
perubahan gaya hidup atau dengan obat-obatan. Modifikasi ini diarahkan untuk mengurangi tekanan darah dan risiko penyakit kardiovaskular secara keseluruhan.
1. Terapi
nutrisi
Manajemen
diet hipertensi terdiri dari pembatasan natrium, pemeliharaan
diet kalium, kalsium, dan asupan magnesium, dan pembatasan kalori jika pasien
kelebihan berat badan. Makanan yang harus dihindari atau
dibatasi oleh penderita hipertensi adalah sebagai berikut: (Kemenkes RI, 2013)
a. Makanan
yang memiliki kadar lemak jenuh yang tinggi, seperti otak, ginjal, paru, minyak
kelapa, gajih.
b. Makanan
yang diolah dengan menggunakan garam natrium, seperti biskuit, kreker, keripik,
dan makanan kering yang asin.
c. Makanan
yang diawetkan, seperti dendeng, asinan sayur atau buah, abon, ikan asin,
pindang, udang kering, telur asin, selai kacang.
d. Susu
full cream, margarine,mentega, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani
yang tinggi kolesterol seperti daging merah sapi atau kambing, kuning telur,
dan kulit ayam.
e. Makanan
dan minuman dalam kaleng, seperti sarden, sosis, korned, sayuran serta
buah-buahan kaleng, dan soft drink.
f. Bumbu-bumbu
seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco, serta bumbu
penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.
g. Alkohol
dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian dan tape.
2. Aktivitas
fisik
Untuk
mendukung kesehatan jantung,
dianjurkan bahwa semua orang dewasa menyediakan waktu 30 menit atau lebih untuk
aktivitas fisik dengan intensitas sedang pada kebanyakan, atau sebaiknya semua,
sehari dalam seminggu. Kegiatan yang
cukup intens seperti jalan cepat, jogging, dan berenang
dapat menurunkan tekanan darah, mendukung relaksasi, dan penurunan atau kontrol berat badan(Lewis,
Heitkemper& Dirksen, 2013).
3. Menghindari
produk tembakau
Nikotin
yang terkandung dalam tembakau dapat
menyebabkan vasokonstriksi dan
peningkatan tekanan darah pada orang hipertensi. Selain
itu, merokok merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung. Manfaat
penghentian penggunaan tembakau pada kardiovaskular dapat dilihat dalam waktu 1 tahun di semua
kelompok umur. Semua orang, terutama pasien hipertensi, sangat dianjurkan untuk
menghindari penggunaan tembakau(Lewis, Heitkemper & Dirksen, 2013).
4. Manajemen
stres
Meskipun stres dapat meningkatkan tekanan darah secara jangka
pendek dan telah terlibat dalam pengembangan hipertensi, tetap
ada kontroversi mengenai manfaat dari
manajemen stres dalam pencegahan dan pengobatan hipertensi (Lewis,
Heitkemper & Dirksen,
2013).
5. Manajemen
obat
Obat yang digunakan dalam pengobatan hipertensi termasuk diuretik, adrenergik (simpatik) inhibitor, vasodilator, angiotensin inhibitor, dan calcium channel blockers (Lewis, Heitkemper & Dirksen, 2013)
A.
Pengertian
Lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu
fase kehidupan yang dialami oleh individu yang berumur panjang. Lansia tidak
hanya meliputi aspek biologis, tetapi juga meliputi psikologis dan sosial.
Perubahan yang terjadi pada lansia dapat disebut sebagai perubahan “senesens”
dan perubahan “senilitas’’. Perubahan senesens adalah perubahan-perubahan
normal dan fisiologik akibat usia lanjut. Sedangkan perubahan senelitas adalah
perubahan-perubahan patologik permanen dan disertai dengan semakin memburuknya
kondisi badan pada usia lanjut. Sementara itu, perubahan yang dihadapi lansia
pada umumnya adalah pada bidang klinik, kesehatan jiwa, dan masalah dibidang sosial dan ekonomi. Oleh karena itu
lansia dikelompokkan dengan resiko tinggi dengan masalah fisik dan mental (Murwani & Priyantari,
2011).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan
darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90
mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan
cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka
waktu lama dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal, jantung, dan otak bila
tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai (Kemenkes RI,
2013).
Senam hipertensi adalah olahraga ringan
dan mudah dilakukan, tidak memberatkan yang diterapkan pada lansia. Aktifitas
olahraga ini akan membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena
melatih tulang tetap kuat, memdorong jantung bekerja optimal dan membantu
menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh (Aji, 2015).
B.
Manfaat
Senam
Semua senam dan aktifitas olahraga ringan
tersebut sangat bermanfaat untuk menghambat proses degeneratif/penuaan. Senam
ini sangat dianjurkan untuk mereka yang memasuki usia pralansia (45 thn) dan
usia lansia (65 thn ke atas).Orang melakukan senam secara teratur akan
mendapatkan kesegaran jasmani yang baik yang terdiri dari unsur kekuatan otot,
kelentukan persendian, kelincahan gerak, keluwesan, cardiovascular fitness dan
neuromuscular fitness(Giriwijoyo & Sidik, 2012).
Apabila orang melakukan senam, peredarah
darah akan lancar dan meningkatkan jumlah volume darah. Selain itu 20% darah
terdapat di otak, sehingga akan terjadi proses indorfin hingga terbentuk hormon
norepinefrin yang dapat menimbulkan rasa gembira, rasa sakit hilang, adiksi
(kecanduan gerak) dan menghilangkan depresi(Giriwijoyo & Sidik, 2012).
Senam hipertensi disamping memiliki
dampak positif terhadap peningkatan fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam
meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur. Tingkat
kebugaran dievaluasi dengan mengawasi kecepatan denyut jantung waktu istirahat
yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu istirahat. Jadi supaya lebih bugar,
kecepatan denyut jantung sewaktu istirahat harus menurun(Giriwijoyo &
Sidik, 2012).
C.
Gerakan
Senam Hipertensi
Tahapan latihan kebugaran jasmani adalah rangkaian proses
dalam setiap latihan, meliputi pemanasan, kondisioning (inti), dan penenangan
(pendinginan) (Giriwijoyo & Sidik, 2012).
1.
Pemanasan
Pemanasan dilakukan sebelum
latihan. Pemanasan bertujuan menyiapkan fungsi organ tubuh agar mampu menerima
pembebanan yang lebih berat pada saat latihan sebenarnya. Penanda bahwa tubuh
siap menerima pembebanan antara lain detak jantung telah mencapai 60% detak
jantung maksimal, suhu tubuh naik 1ºC - 2ºC dan badan berkeringat. Pemanasan
yang dilakukan dengan benar akan mengurangi cidera atau kelelahan.
2.
Kondisioning
Setelah pemanasan cukup dilanjutkan
tahap kondisioning atau gerakan inti yakni melakukan berbagai rangkaian gerak
dengan model latihan yang sesuai dengan tujuan program latihan.
3.
Pendinginan
Pendinginan merupakan periode yang
sangat penting dan esensial. Tahap ini bertujuan mengembalikan kodisi tubuh
seperti sebelum berlatih dengan melakukan serangkaian gerakan berupa
stretching. Tahapan ini ditandai dengan menurunnya frekuensi detak jantung,
menurunnya suhu tubuh, dan semakin berkurangnya keringat. Tahap ini juga
bertujuan mengembalikan darah ke jantung untuk reoksigenasi sehingga mencegah genangan
darah diotot kaki dan tangan.
Sumber:
Kowalski.
(2010). Terapi hipertensi: Program 8
minggu menurunkan tekanan darah tinggi. Bandung: Qanita Mizan Pustaka
Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI). (2013). Badan PenelitiandanPengembangan Kesehatan Kementerian RI Tahun 2013. Diakses01Maret 2018 dari http://www.depkes.go.id/resources/download/general/hasil%Kemenkes%202013.
PDF
Balitbang Kemenkes RI. (2015). Riset Kesehatan Dasar: RIKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI
Nuraini. (2015). Hubungan gaya hidup dengan kejadian
hipertensi. Bandung Universitas
Islam Bandung
Lewis, S. M., Heitkemper, M. M, Dirksen, S. R (2013) Medical Surgical Nursing: Assesment and
Management of clinical problem, Pennsylvania : W. B Saunders
Depkes R. I (2013). Riset
Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan R.I
Muhammadun. (2010). Hidup Bersama Hiperetensi. Yogjakarta:
In Books. Nugroho Wahyudi. 2008. Gerontik
& Geriantrik. Bandung: EGC.
Aji, W. P. M. 2015. Pengaruh Senam Hipertensi terhadap Tekanan
Darah padaLansia Penderita Hipertensi di Posyandu Lansia Dusun Banaran 8
PlayenGunung Kidul. [Naskah Publikasi Ilmiah]. Yogyakarta: Sekolah
TinggiIlmu Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Murwani &
Priyantari. (2011). Pengaruh senam bugar
lansia terhadap tekanan darah penderita hipertensi di BPLU senja cerah paniki
bawah. Jurnal e- biomedik (eBM), volume 1, nomor 2, juli 2013, hlm.
785-789.
Giriwijoyo, S. dan
Sidik, D.Z. (2012).Ilmu Faal Olahraga
(Fisiologi Olahraga): Fungsi Tubuh Manusia pada Olahraga untuk Kesehatan dan
Prestasi. Bandung: Remaja Rosdakar.