Teori Keperawatan

Hadi M Assegaf
2


Cerdas-yes!! - Dalam dunia ilmu keperawatan, konsep teori menjadi pilar utama yang memberikan landasan bagi praktik perawat. Melibatkan pandangan unik dan nilai-nilai dari berbagai tokoh seperti Florence Nightingale, Virginia Henderson, Hildegard Peplau, Jean Watson, Dorothea Orem, Sister Callista Roy, Betty Neuman, dan Nola J. Pender, setiap teori memiliki peran khasnya dalam membimbing perawat. Mulai dari penekanan pada lingkungan oleh Nightingale, kebutuhan dasar oleh Henderson, hingga konsep hubungan antarmanusia oleh Peplau, masing-masing teori memberikan wawasan berharga tentang cara memberikan asuhan yang holistik dan personal kepada pasien. Dalam artikel ini, kita akan menyelami konsep-konsep teori ini dan memahami bagaimana pandangan mereka membentuk praktik keperawatan modern, memberikan inspirasi, dan memberikan landasan untuk masa depan keperawatan.


"Ilustrasi: Konsep Dasar Keperawatan"


Teori Keperawatan Florence Nightingale


Florence Nightingale, lahir pada 12 Mei 1820 di Florence, Italia, berasal dari keluarga bangsawan Inggris, sehingga namanya diambil dari kota kelahirannya. Sejak masa kecil, Nightingale mendapat pendidikan yang mencakup berbagai disiplin ilmu, termasuk bahasa, matematika, filsafat, dan agama, yang kemudian menjadi faktor penting yang membentuk karya-karya besar yang dihasilkannya (Karimi & Alavi, 2015).


Saat remaja Nightingale merasa menjadi seorang perawat merupakan sebuah panggilan, oleh sebab itu ia memutuskan untuk mengikuti pelatihan sebagai seorang perawat di Kaiserwerth, German pada tahun 1951 selama tiga bulan. Keputusan ini membawanya pada sebuah pencapaian diakhir pelatihan dirinya terpilih sebagai salah satu murid keperawatan yang diajar khusus oleh guru tempat ia mengambil pelatihan. Pendidikan lanjutan sebagai seorang perawat di tempat pelatihan pun dijalaninya selama dua tahun. Setelah menyelesaikan pelatihannya, Nightingale kembali ke Inggris dan bekerja di rumah sakit, dan bekerja sebagai relawan di institusi yang berkaitan dengan keperawatan (Alligood, 2014).


Florence Nightingale sebenarnya tidak mengembangkan teori keperawatan, melainkan lebih kepada deskripsi standar umum atau panduan praktik keperawatan. Standar ini dikenal sebagai filosofi keperawatan yang mencakup empat metaparadigma utama, yaitu pasien, lingkungan, tindakan keperawatan, dan pengaruh lingkungan terhadap penyembuhan pasien. Filosofi keperawatan Nightingale menekankan manipulasi lingkungan untuk mempercepat proses penyembuhan. Dalam intervensi keperawatan, filosofi ini berfokus pada 13 aspek menurut Masters (2015).


Panduan intervensi keperawatan berdasarkan filosofi Florence Nightingale memberikan perhatian khusus pada berbagai aspek penting untuk memastikan perawatan yang optimal dan lingkungan yang mendukung proses penyembuhan pasien:


1. Ventilasi dan Kehangatan: Memberikan perhatian pada sirkulasi udara dan suhu ruangan untuk menciptakan lingkungan yang nyaman bagi pasien agar mendukung kenyamanan dan proses penyembuhan.


2. Kondisi Rumah yang Sehat: Memastikan kondisi rumah yang sehat dengan memfokuskan pada udara bersih, air bersih, pengairan efisien, lingkungan yang bersih, dan paparan cahaya matahari sebagai elemen-elemen kunci yang berkontribusi pada kesehatan pasien.


3. Pengaturan Manajemen: Memperhatikan manajemen kehadiran perawat dalam memberikan perawatan yang berkelanjutan agar pasien merasa terpenuhi kebutuhannya.


4. Kebisingan: Mengurangi kebisingan di sekitar pasien untuk menciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung istirahat yang berkualitas.


5. Variasi Ruangan Rawat: Mendesain ruangan rawat dengan perhatian khusus pada variasi dan keberagaman agar menghindari kebosanan pasien selama masa perawatan.


6. Asupan Makanan: Mencatat dan memantau asupan makanan dan minuman pasien untuk memastikan kecukupan nutrisi selama proses penyembuhan.


7. Pemberian Makanan: Menyajikan makanan sesuai dengan kebutuhan kesehatan pasien dengan memperhatikan kondisi dan preferensi makanan.


8. Tempat Tidur dan Alas Kasur: Menyediakan tempat tidur dan alas kasur yang bersih, nyaman, dan mendukung kenyamanan pasien selama istirahat.


9. Pencahayaan: Mengatur pencahayaan dengan bijak, termasuk pemasangan tirai untuk memberikan kenyamanan visual dan regulasi pencahayaan.


10. Kerapian Ruangan dan Dinding: Menjaga kebersihan dan kerapian ruangan atau kamar pasien untuk menciptakan lingkungan yang menyenangkan dan mendukung pemulihan.


11. Kebersihan Diri: Memastikan kebersihan diri pasien dengan memberikan perawatan mandiri atau bantuan sesuai kebutuhan.


12. Dukungan dan Saran: Memberikan dukungan emosional yang sesuai dan saran yang relevan tanpa membuat pasien merasa tidak nyaman.


13. Observasi Status Kesehatan: Melakukan observasi rutin dan dokumentasi terkait status kesehatan pasien untuk memantau perkembangan dan menyesuaikan perawatan secara optimal.


Nightingale meyakini bahwa keperawatan harus mencakup aspek holistik atau perawatan menyeluruh, yang juga mencakup dimensi spiritual pasien. Perawat diharapkan memberikan promosi kesehatan yang mencakup informasi yang akurat, baik untuk individu yang sehat maupun individu yang sedang mengalami sakit (Masters, 2015). Pendekatan holistik ini menekankan perlunya memahami dan merespons kebutuhan pasien secara menyeluruh, termasuk aspek-aspek fisik, psikologis, sosial, dan spiritual untuk mencapai kesejahteraan secara optimal.


1. Manusia: Nightingale tidak memberikan definisi manusia yang kompleks. Bagi beliau, manusia memiliki hubungan timbal balik dengan lingkungan, dan interaksi ini akan memengaruhi status kesehatannya. Pendekatannya menekankan bahwa kesejahteraan manusia sangat terkait dengan bagaimana ia beradaptasi dan merespons lingkungan sekitarnya.


2. Lingkungan: Filosofi keperawatan Nightingale menempatkan lingkungan sebagai unsur kunci, yang lebih dikenal dengan Model Lingkungan Nightingale. Lingkungan memiliki dua dimensi utama, yakni lingkungan eksternal (seperti suhu, tempat tidur, dan ventilasi) dan lingkungan internal (termasuk makanan, air, dan obat-obatan). Nightingale meyakini bahwa kondisi lingkungan ini memainkan peran sentral dalam menentukan status kesehatan individu.


Fokusnya pada aspek fisik dan material lingkungan mencerminkan keyakinannya bahwa faktor-faktor ini dapat berpengaruh langsung terhadap proses penyembuhan dan kesejahteraan pasien secara keseluruhan.


Berikut pandangan Nightingale terkait dengan model lingkungannya, dalam Masters, 2015 :


"Ilustrasi:. Model Lingkungan Florence Nightingale. (Modifikasi :Masters, K. 2015. Nursing Theories : A Framework For ProfessionalPractice. United States of America : Jones & Bartlett)"


3. Kesehatan: Nightingale mengartikan kesehatan bukan hanya sebagai kebebasan dari penyakit, melainkan juga sebagai kemampuan individu untuk memiliki energi yang cukup guna menjalani aktivitas sehari-hari sesuai dengan kebutuhannya. Pendekatannya mencakup aspek energi dan keaktifan dalam menjalani kehidupan sehari-hari sebagai indikator kesehatan yang holistik.


4. Keperawatan: Dalam filosofi keperawatan Nightingale, perawat memiliki peran sentral dalam mengkondisikan dan memodifikasi lingkungan. Fungsi ini bertujuan untuk mempercepat proses penyembuhan atau mempertahankan status kesehatan individu yang telah sehat. Perawat dianggap sebagai agen perubahan dalam menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan dan memberikan asuhan yang terbaik bagi pasien.


Sumber:


Lestari, l. & Ramadhaniyati, 2018. Falsafah dan Teori Keperawatan. In: Yogyakarta: Pustaka Pelajar


Post a Comment

2Comments

Post a Comment