Latihan Range Of Motion (ROM)

Hadi M Assegaf
5
Latihan range of motion atau ROM merupakan latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot.
Apa saja sih yang perlu diketahui dari ROM ini, yuk di simak bersama 

 

Ilustrasi: Range Of Motion

A.  Pengertian ROM

Range of motion (ROM)  adalah jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh, yaitu sagital, transversal, dan frontal. Potongan sagital adalah garis yang melewati tubuh dari depan ke belakang, membagi tubuh menjadi bagian kiri dan kanan. Potongan frontal melewati tubuh dari sisi ke sisi dan membagi tubuh menjadi bagian depan ke belakang. Potongan transversal adalah garis horizontal yang membagi tubuh menjadi bagian atas dan bawah.

        Mobilisasi sendi disetiap potongan dibatasi oleh ligamen, otot, dan konstruksi sendi. Beberapa gerakan sendi adalah spesifik untuk setiap potongan. Pada potongan sagital, gerakannya adalah fleksi dan ekstensi (jari-jari tangan dan siku) dan hiperekstensi (pinggul). Pada potongan frontal, gerakannya adalah abduksi dan adduksi (lengan dan tungkai) dan eversi dan inversi (kaki). Pada potongan transversal, gerakannya adalah pronasi dan supinasi (tangan), rotasi internal dan eksternal (lutut), dan dorsifleksi dan plantarfleksi (kaki).

        Ketika mengkaji rentang gerak, perawat menanyakan pertanyaan dan mengobservasi dalam mengumpulkan data tentang kekakuan sendi, pembengkakan, nyeri, keterbatasan gerak, dan gerakan yang tidak sama. Klien yang memiliki keterbatasan mobilisasi sendi karena penyakit, ketidakmampuan, atau trauma membutuhkan latihan sendi untuk mengurangi bahaya imobilisasi. Latihan tersebut dilakukan oleh perawat yaitu latihan rentang gerak pasif. Perawat menggunakan setiap sendi yang sakit melalui rentang gerak penuh.

Gerakan dapat dilihat sebagai tulang yang digerakkan oleh otot ataupun gaya eksternal lain dalam ruang geraknya melalui persendian. Bila terjadi gerakan, maka seluruh struktur yang terdapat pada persendian tersebut akan terpengaruh, yaitu: otot, permukaan sendi, kapsul sendi, fasia, pembuluh darah dan saraf.

        Pengertian ROM lainnya adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif. Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).

 

B.  Tujuan ROM

Adapun tujuan dari ROM, yaitu :

1.        Meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot

2.        Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan

3.        Mencegah kekakuan pada sendi

4.        Merangsang sirkulasi darah

5.        Mencegah kelainan bentuk, kekakuan dan kontraktur pada tulang

 

C.  Manfaat ROM

Adapun manfaat dari ROM, yaitu :

1.    Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan pergerakan

2.    Mengkaji tulang, sendi, dan otot

3.    Mencegah terjadinya kekakuan sendi

4.    Memperlancar sirkulasi darah

5.    Memperbaiki tonus otot

6.    Meningkatkan mobilisasi sendi

7.    Memperbaiki toleransi otot untuk latihan

 

D.      Jenis ROM

ROM dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

1.  ROM Aktif

ROM Aktif yaitu gerakan yang dilakukan oleh seseorang (pasien) dengan menggunakan energi sendiri. Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendiri secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien aktif), kekuatan otot 75 %. Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif. Sendi yang digerakkan pada ROM aktif adalah sendi di seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh klien sendri secara aktif.

2.   ROM Pasif

            ROM Pasif yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari orang lain (perawat) atau alat mekanik. Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal (klien pasif, kekuatan otot 50 %. Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total (Suratun, dkk, 2008).

            Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien. Sendi yang digerakkan pada ROM pasif adalah seluruh persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang terganggu dan klien tidak mampu melaksanakannya secara mandiri.

 

E.  Indikasi dan Sasaran ROM

1.    ROM Aktif :

a.    Indikasi

1)    Pada saat pasien dapat melakukan kontraksi otot secara aktif dan menggerakkan ruas sendinya baik dengan bantuan atau tidak.

2)  Pada saat pasien memiliki kelemahan otot dan tidak dapat menggerakkan persendian sepenuhnya, digunakan A-AROM (Active-Assistive ROM) adalah jenis ROM Aktif yang mana bantuan diberikan melalui gaya dari luar apakah secara manual atau mekanik, karena otot penggerak primer memerlukan bantuan untuk menyelesaikan gerakan).

3)        ROM Aktif dapat digunakan untuk program latihan aerobik.

4)     ROM Aktif digunakan untuk memelihara mobilisasi ruas diatas dan dibawah daerah yang tidak dapat bergerak

b.      Sasaran

1)  Apabila tidak terdapat inflamasi dan kontraindikasi, sasaran ROM Aktif serupa dengan ROM Pasif.

2)  Keuntungan fisiologis dari kontraksi otot aktif dan pembelajaran gerak dari kontrol gerak volunter.

c.       Sasaran spesifik:

1)   Memelihara elastisitas dan kontraktilitas fisiologis dari otot yang terlibat

2)    Memberikan umpan balik sensoris dari otot yang berkontraksi

3) Memberikan rangsangan untuk tulang dan integritas jaringan persendian

4)  Meningkatkan sirkulasi

5)   Mengembangkan koordinasi dan keterampilan motorik

 

2.    ROM Pasif

a.    Indikasi

1)   Pada daerah dimana terdapat inflamasi jaringan akut yang apabila dilakukan pergerakan aktif akan menghambat proses penyembuhan

2)   Ketika pasien tidak dapat atau tidak diperbolehkan untuk bergerak aktif pada ruas atau seluruh tubuh, misalnya keadaan koma, kelumpuhan atau bedrest total

b.    Sasaran

1)   Mempertahankan mobilitas sendi dan jaringan ikat

2)   Meminimalisir efek dari pembentukan kontraktur

3)   Mempertahankan elastisitas mekanis dari otot          

4)   Membantu kelancaran sirkulasi

5)   Meningkatkan pergerakan sinovial untuk nutrisi tulang rawan serta difusi persendian

6)    Menurunkan atau mencegah rasa nyeri

7)   Membantu proses penyembuhan pasca cedera dan operasi

8)   Membantu mempertahankan kesadaran akan gerak dari pasien

 

F.   Prinsip latihan ROM

Adapun prinsip latihan ROM diantaranya :

1. ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari

2.  ROM di lakukan perlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien

3.  Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien, diagnosa, tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring

4.  Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher, jari, lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki

5.   ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-bagian yang di curigai mengalami proses penyakit

6.   Melakukan ROM harus sesuai waktunya. Misalnya setelah mandi atau perawatan rutin telah di lakukan

 


G.  Gerakan-gerakan latihan ROM

 Menurut Potter & Perry, (2005), ROM terdiri dari gerakan pada persendian sebagai berikut :

1. Leher, Spina, Serfikal

2. Bahu

3. Siku



            4. Lengan Bawah


    




5. Pergelangan Tangan 










6. Jari- Jari Tangan 






 





7. Ibu Jari


















        8. Pinggul

        
























        9. Lutut
        





       



 10. Mata Kaki











        11. Kaki
    
    









        12. Jari Kaki






Sumber: 

Suratun, dkk. (2008). Klien Gangguan Sistem Musculoskeletal: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4. Volume 1. Jakarta : EGC

Hidayat, A. A. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Alfiani, N. F., n.d. Pendahuluan Pemeriksaan Range Of Motion. [Online] Available at: https://www.alomedika.com/tindakan-medis/muskuloskeletal/pemeriksaan-range-of-motion
[Accessed 21 Juli 2022].




Post a Comment

5Comments

  1. Kak, tetangga saya kecelakaan jatuh dari pohon, tangan nya patah dan sudah di urut oleh tukang urut, dan di pasang penyangga bambu, apa hal seperti itu harus di lakukan rom kak ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. metode imobilisasinya sama dengan pemasangan gips pada medis, namun harus di evaluasi kembali pada tulang yang mengalami trauma apakah sudah benar benar tersambung. melakukan rom sebagai rehabilitasi mungkin di perlukan guna untuk melatih kembali otot-otot atau sendi yang tidak digugnakan selama pemasangan alat sebagai imobilisasi pergerakan pada tangan yang trauma.

      Delete
  2. apa boleh melakukan ROM secara mandiri ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai kak, rom secara mandiri boleh saja dilakukan, selama pasien dapat melakukan kontraksi otot secara aktif dan menggerakkan ruas sendinya baik dengan bantuan atau tidak. namun tetap dibawah pengawasan dari tim medis atau orang lain yang berpengalaman pada bidangnya.

      Delete
    2. Sedikit menambahkan, rom secara mandiri itu di sebut rom aktif dimana kliennya merasa mampu untuk melakukan pergerakan dengan tenaga yg ada pada dirinya
      Begitupun dengan rom pasif dimana seluruh pergerakan di bantu oleh tanaga ahli pada bidang nya .

      Delete
Post a Comment